Preman Jatuh Cinta #3
Samrtphone putih berlapis case bening berbunyi dari dalam tas Lyora.
“Lyora, kamu kok gak pulang-pulang?”
Pesan tersebut dilihat oleh Lyora dari notifikasi yang muncul dari smartphone nya. Tapi dalam hati Lyora, malas juga Lyora membuka pesan itu. Sengaja dia cuma baca dari notifikasi supaya terkesan sibuk dan sudah tidur.
“Dibalas dong WhatsApp nya.”
Dengan ogah-ogahan, Lyora menjelaskan jika yang WhatsApp Lyora adalah mantan pacarnya semasa kuliah Sarjana II di kampus sebelumnya.
“Oh ya Ly, kamu gak pulang?”
Lyora terkejut dengan pertanyaan Ariel. Dia terlalu asyik berbicara sampai lupa dengan waktu. “Oh ya sudah jam berapa ini?”
“Udah hampir setengah dua belas, lebih tepatnya 22.26.”
Ariel lalu teringat oleh Randi. “Anjir gue lupa temen gue.” Langsung saja, Ariel mengambil smartphone nya dan menghubungi Randi.
“Woi Riel, lu ngapa ninggal gue sih?” Randi me-loudspeaker telepon dari Ariel sehingga bisa didengar oleh anggota lain.
“Lu gak di kantor polisi kan?” celetuk Deva, sie keamanan geng itu.
“Aman kok.”
Berbicara tentang susunan kelembagaan ini, geng ini sudah seperti lembaga resmi. Susunannya adalah sebagaai berikut :
1. Ariel Devaro, ketua “Geng Manusia Biasa” ditunjuk secara aklamasi dan sepihak, playmaker dan garda terdepan dalam melawan musuh.
2. Muchib, sang wakil yang memiliki tato dan bisa menghisap 2 batang rokok dalam 10 menit.
3. Randi, sekretaris geng yang menjadi cowok fakboy dan paling sering gonta-ganti cewek.
4. Oni, sang petunjuk informasi tentang lokasi berbahaya dan tentang keberadaan musuh.
5. Deva, cowok bertato yang sering menjadi penjaga geng ini supaya terhindar dari serangan musuh dan melepaskan anggota lain dari serbuan musuh dan tangkapan lawan.
6. Fiko dan Sardi, anggota yang baru bergabung tahun lalu dan belum menjabat sie apapun. Oh iya, sesekali mereka ini yang harus membelikan konsumsi bagi geng.
°°°°°°°°°°
“Gue antarin lo pulang ya?”
Ariel tidak meng-iyakan tawaran Lyora, karena jika Lyora tahu tentang keadaan Ariel sebenarnya, tentu akan sangat mengejutkan baginya. Oleh karena itu, Ariel meminta diantarkan ke basecamp saja.
“Lo tinggal dimana?”
“Ada deh. Belum saatnya lo tau.”
Mobil hatchback putih itu melaju perlahan, membelah kegelapan, dinginnya, dan heningnya malam. Lyora tadi sempat menawarkan ke Ariel yang menyetir, tapi Ariel menolak, takut nanti Lyora akan berpikir aneh-aneh bahwa Ariel akan membawa Lyora kabur.
Malam adalah saat dimana orang seharusnya beristirahat, namun tidak dengan geng Ariel. Semakin malam, justru mereka semakin menggila dengan menggelar pesta sambil mengawasi kondisi sekitar. Apakah kalian berpikir pesta itu adalah pesta yang ‘seperti itu’?
Seperti biasa, Randi selalu menjadi penggerak pesta itu. Lelaki berusia 25 tahun yang sudah bersahabat dengan Ariel sejak kuliah itu meminta Fiko dan Sardi menuju “tempat pembelian.”
“Fik, lo sama Sardi ke belikan kita ‘penyemangat’ dong.” Randi mengambil komando mengawali pesta dan memberi mereka sejumlah uang.
“Siap, lo minta apa?” jawab Fiko
“Gue yang ‘special’ aja deh. Kalian semua apa?”
“Kita ikut aja deh, kalau bisa yang hangat biar enak, malam-malam gini konsumsi yang hangat-hangat.”
Fiko dan Sardi mulai melangkahkan kakinya menuju tempat langganan untuk membeli ‘konsumsi’ yang biasanya mereka makan setiap berkumpul. Bagi mereka, tujuan membeli ‘konsumsi’ ini untuk menjadi penyemangat mereka saat sedang berjaga.
Geng Manusia Biasa, atau bisa dipanggil saja GMB yang sedang asyik bermain game Moba tiba-tiba dikejutkan dengan sorot lampu sebuah hatchback yang datang di sisi kiri jalan, seberang dari tempat kumpul GMB.
Randi melihat Ariel yang turun dari mobil. “Wah nih bocah ninggal gue malah jalan sama cewek lain.”
Ariel merapat ke arah gengnya, sementara Lyora sedang memarkirkan kendarannya. “Woi gaes!”
“Ooo jadi lo tadi ninggal gue demi jalan sama cewek itu?” Randi tidak terima dan sedikit meledek.
“Selow bro.. Ntar gue jelasin.”
Mereka semua dikejutkan dengan sapaan lembut seorang wanita berpakaian pencil skirt datang dan menyapa dengan senyuman.
“Selamat malam semuanya.”
“Selamat malam.”
Ariel langsung membalikkan badannya dan terkejut dengan Lyora yang menghampiri mereka.
“Kok kamu ikut kesini? Aku kira langsung pulang.” Ariel tampak salah tingkah karena takut Lyora akan menjadi ilfeel padanya.
“Gaapa. Cuma pingin tau teman-teman kamu.” Pandangan Lyora kini berpusat pada lelaki berpostur tinggi dan berkulit kuning langsat dan dipenuhi lebam, hanya saja tidak sampai berdarah. “Lo yang tadi juga bantu gue lawan perampok itu kan?”
“Oh iya. Lo yang tadi hampir di gebrak perampok ya?”
“Aku Lyora. Terimakasih ya tadi sudah bantu aku selamat dari perampok tadi”
“Randi.”
°°°°°°°°°°
Waktu sudah menunjukkan pukul 23.45. Mereka semua justru sedang menunggu kemana si Fiko dan si Sardi. Ariel sedikit geram. “Mana Fiko sama Sardi? Jam segini belum tampak?” sebatang rokok kembali dinyalakan oleh Ariel.
“Gue suruh dia beli “jatah” buat kita Riel.”
“Lo pesankan buat gue juga gak?”
“Jelas lah.”
“Riel?” Lyora terheran. Dengan penasaran dia menanyakan, “Biar kutebak, nama kamu Ariel?”
“Kamu dari tadi nebak aku benar terus.”
Ariel dan Lyora malah tertawa bersama.
Malam membuat indera penciuman manusia terasa semakin kuat. Bahkan ketika Fiko dan Sardi masih dari kejauhan, bau ‘konsumsi’ buat anggota GMB menyerbak di dinginnya malam dan bagaikan bunga di pagi hari.
Dengan santainya, Fiko berjalan membawa beberapa tas kresek. Terlihat juga disitu ada beberapa snack dan jajan ringan. Sementara itu, Sardi membawa baki berisi mie berkuah.
“Nah ini nih yang bikin semangat.” Oni yang hobi makan langsung gercep mengambil mie instant yang dibungkus Styrofoam.
“Eits tunggu. Main selonong aja lo kayak tikus rumahan.”
Ariel memberi komando kepada anggotanya.
“Hayoo lupa… Sebelum kita menyantap makanan ini, mari kita berdoa sesuai ajaran masing-masing.” Ariel melihat apakah anggotanya sudah siap berdoa. “Yap. Berdoa, mulai!”
Di Indonesia, pemakan mie instant biasanya terbagi menjadi beberapa. Satu, mie instant polosan, mie instan double tapi polosan, mie instan polosan tapi pakai telor, mie instan double pakai telor, mie instan polosan tapi dengan nasi, dan mie instan dengan nasi dan telor.
Double mie kuah dengan telor ceplok jadi menu andalan Ariel di tengah malam seperti ini. Dengan santai mereka menikmati mie itu, bahkan sesekali satu diantara mereka mengusili yang lain.
Seperti Deva yang terkenal paling usil di sini. Matanya melirik kepada Oni, target dia saat ini. Oni yang sedang duduk dan berfokus pada mie nya tiba-tiba pundak kanan nya dicolek oleh Deva sehingga Oni langsung menoleh menghadap kanan belakang.
“Siapa yang colek gue?!” Oni bertanya kesal. Semua orang hanya terseyum kecut.
Dengan cepat, Deva mengambil mie Oni sebanyak 3 sendok yang menyebabkan mie Oni berkurang.
Oni membalikkan pandangannya ke arah mie dia. “Siapa yang mengambil mie gue?” nada Oni semakin meninggi.
Fiko adalah orang yang tertawa paling keras.
“Yang ngambil mie gue, gue doain mie dia tumpah!” Oni memberikan sumpah kepada orang yang mengambil mie nya.
Deva tertawa keras. Bahkan tanpa sadar tertawa dia sampai mengubah-ubah posisi badan dia. Dia lupa bahwa dia sedang membawa sebuah makanan di tangannya. Alhasil makanan itu tumpah dan tercecer di tanah.
Randi menggumam. “Hhhmm ketahuan pelakunya siapa.”
“Mampus lo Deva,” jawab Oni kesal.
“Hahahaha… ternyata hanya dengan doa kita bisa tau siapa orang yang sudah jahat pada kita.”
Deva malu merasakan ini. Apalagi di malam yang dingin ini, perutnya kelaparan dan mie dia malah tumpah.
Lyora tertawa melihat kelucuan GMB. “Kalian ini lucu ya, kompak.”
“Kompak? Kita gak ikut lomba btw.”
“Maksud gue itu kalian udah akrab banget gitu. Sudah saling nyaman ya berteman satu sama lain.”
“Ya namanya juga tim. Ya gak?” jawab Ariel sambil menggerakkan kepala ke anak buahnya.
“Yoi mamen.”
Lyora mengarahkan pandangannya ke jam Casio yang melingkar di tangan kanannya. Sudah hampir jam 12 malam.
“Guys. Gue pulang dulu ya,” kata Lyora sambil mengambil tasnya.
“Biar gue sama Randi kawal lo. Gue takut kamu ngalamin kayak tadi.”
“Preman kayak lo gini bisa takut?”
“Hellooowww… Gue preman baik keleezz.”
Lyora membalas dengan tawa kecil. “Kalau gak negerpotin lo gaapaa deh. Tapi habiskan dulu mie kamu tuh,” jawab Lyora sambil mengambil sebuah tempe menjes di hadapannya.
Ariel berdiri setelah mie dia habis dan meletakkan tempat makanan dia tadi dan segera beranjak mendekati Lyora. “Sekarang?”
“Boleh,” jawab Lyora singkat. “Guys aku pamit dulu ya. Buat Deva, jangan diulangi ya. Orang menabur pasti akan menuai, dan kamu sudah menuai kan?”
“Mampus lo dimarahi bu dekan.”
“Bu nilai saya jangan dikurangi ya.” Deva memelas pada Lyora.
“Hahaha. Yaudah, gue pulang dulu. See you.”
Dekan muda ini berjalan memasuki mobilnya dan Ariel Randi sudah berada di atas motor bersiap mengawal dosen muda ini.

Komentar
Posting Komentar